Rabu, 18 Mei 2011

FOLLOW UR PASSION



Dalam buku berjudul Your Job is not Your Career, career coach, Rene Suhardono Canoneo, mengemukakan hipotesa menarik. Supaya kita bisa bahagia dengan pekerjaan kita, maka kita perlu mengejar impian, keinginan dan passion kita. Bekerja di bidang yang paling kita senangi, sekaligus bisa mendapat uang banyak dari situ, memang kedengarannya sangat menyenangkan, bukan?

TERGANTUNG PIKIRAN
Banyak orang yang mengatakan tidak menyukai pekerjaannya. Banyak pula yang merasa tersiksa dengan tuntutan target, dan selalu terserang mulas menjelang deadline. Sepertinya, kebahagiaan hidup terenggut habis oleh pekerjaan.

Seperti Mella (32) yang bekerja sebagai investment relations di sebuah perusahaan pertambangan. “Saya benci dengan pekerjaan saya. Tapi, pekerjaan ini memberi saya gaji besar. Sebagai orang tua tunggal yang harus menghidupi dua anak, jika saya harus mengejar passion saya, yakni traveling, bagaimana saya bisa menutup biaya kebutuhan hidup sehari-hari?”

Tak bisa dipungkiri, untuk mewujudkan apa yang disarankan Rene memang tak mudah. Mengenai dilema yang dihadapi Mella, Rene menjawab, mengejar passion tidak berarti harus keluar begitu saja dari pekerjaan yang sekarang.

Rene menyarankan, agar kita berhati-hati dengan apa yang kita pikirkan. “Kalau Anda merasa tak punya pilihan, Anda benar. Pun kalau merasa tidak bisa hidup jika berhenti bekerja, Anda juga benar,” kata Rene.

Mana yang harus dipilih? “Kembali ke diri Anda sendiri. Tepatnya, apa yang Anda pikirkan.” Lebih lanjut, Rene menjelaskan, hal pertama yang harus dibenahi adalah bagaimana Anda memandang apa yang ada di depan Anda. “Kalau Anda melihat semuanya sebagai prahara, maka praharalah yang terjadi. Kalau Anda melihat segala sesuatunya sebagai peluang, maka peluanglah yang terjadi,” papar Rene.

“Tidak ada orang lain selain Anda sendiri yang bisa membantu. Kalau waktu Anda habis untuk pekerjaan, tapi Anda tidak bahagia, kenapa mau terus melakukannya? Kalau Anda memilih bertahan dengan alasan tertentu, uang misalnya, silakan, tapi jangan komplain,” paparnya.

Hal lain yang juga menjadi pemahaman umum adalah pernyataan ‘Saya tak bisa mendapatkan uang dari passion saya’. Bagi Rene, pernyataan yang pesimistis itu harus diubah menjadi, ‘Bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan uang dari passion saya?’ “Energi sebaiknya bukan untuk membuktikan bahwa passion Anda bisa menghasilkan uang atau tidak. Tapi energi difokuskan untuk memikirkan, ‘Bagaimana caranya saya bisa bertemu orang, mengembangkan satu strategi supaya passion saya bisa menghasilkan uang’,” tutur Rene.

Rene menambahkan, ciri orang yang bekerja dengan passion, mereka menikmati pekerjaannya, meskipun untuk itu ia harus bekerja dengan jam kerja yang panjang ataupun di bawah tekanan deadline ketat. Mereka tidak pernah menganggap pekerjaan sebagai pengorbanan. Bagi mereka, uang, penghasilan dan materi bukanlah prioritas yang dicari.

Ciri berikutnya, ia memiliki tujuan. “Tujuan di sini bukan punya mobil mewah atau rumah besar, tapi segala hal dalam hidup yang benar-benar penting buat Anda, yang bisa membedakan ada dan tidak adanya Anda,” ujar Rene.

SEKEDAR LUXURY TALK?
Bicara soal passion, banyak pertanyaan yang mengemuka, bagaimana caranya menemukan passion? Bisakah membawa passion dalam pekerjaan kita sekarang? Apakah harus keluar dari job sekarang untuk mengejar passion?

Masalahnya, banyak orang yang ketika ditanya passion-nya, mereka tak tahu jawabannya. Menurut Rene, passion tidak sama dengan hobi. Passion juga tidak ada hubungannya dengan kebiasaan ataupun keahlian kita. Passion adalah bidang yang paling Anda nikmati saat mengerjakannya. Aktivitas yang ingin selalu Anda lakukan, meskipun Anda tidak dibayar untuk melakukannya.

Rene mengakui, sebagian orang mengomentari, diskusi passion tidak lebih dari luxury talk. Seperti curhat Dita misalnya, “Saya sudah menganggur dua tahun. Posisi di perusahaan yang saya impikan tak kunjung bisa saya raih. Saya ingin realistis saja, begitu ada perusahaan yang mau menerima saya, untuk posisi apa pun itu, saya akan menerimanya,” katanya.

Hal ini dijawab singkat oleh Rene, “Jalani saja apa yang perlu dikerjakan untuk survive. Namun, janganlah pernah berhenti mencari dan menemukan passion Anda,” katanya menyemangati.

PETA RENCANA
Salah satu poin menarik tentang passion yang ditulis Rene dalam bukunya, yakni, passion adalah tentang self discoveries. Menemukan passion memang bukan hal yang instan dan mendatangkan manfaat ekonomis secara instan pula. Ada proses yang harus dijalani. Proses itu bisa cepat, bisa pula sangat lama.

Lalu apa yang perlu dilakukan? Pertama-tama, temukan terlebih dulu passion Anda.
• Bersikaplah jujur pada diri sendiri, miliki keyakinan dan kenali keunikan diri Anda.
• Berikan waktu luang untuk tekuni hobi.
• Perluas wawasan. Bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang yang mungkin bisa membantu, membaca buku, mempelajari bahasa asing, mencoba hal baru.
• Keluar dari comfort zone. Memiliki perasaan nyaman memang wajib. Tapi comfort zone bisa menjadi ‘terlarang’ jika dipahami sebagai sebuah mental block. “Jika Anda merasa sudah puas, sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan, tidak ada kegairahan lagi, tidak merasa perlu belajar apa-apa lagi, tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Anda harus menanyakan pada diri Anda sendiri, ada yang salah?”

Jika Anda sudah tahu passion Anda, langkah kedua adalah membuat peta rencana ke depan. Buatlah target jangka panjang dan jangka pendek. Jika pekerjaan yang sekarang Anda anggap bisa menjadi batu loncatan untuk mencapai impian Anda, tetaplah tekuni sambil menyiapkan strategi ke depan.

Ketiga, bersikaplah positif dan tidak gampang menyerah. “Saran saya, jangan pernah membatasi diri. Apalagi karena kritik orang lain, lantas membuat Anda mundur. Instrumen terbaik yang bisa mengkaji manusia -apakah itu assessment, tes akademik atau tes IQ- hanya punya andil 5 persen dari totalitas kita. Masa kita mau mendasarkan pilihan hidup kita pada yang 5 persen itu?” ujar Rene. Anggaplah hasil tes semacam itu sebagai feedback.

Misalnya, passion Anda adalah menulis dan Anda ingin mengejarnya, jangan mudah menyerah bila artikel Anda selalu ditolak oleh berbagai media massa. Daripada terus menangisi kemalangan diri, menurut Rene, mending berpikir begini “Nggak apa-apa, deh, orang lain bilang saya tidak bisa menulis. Memang penulis lain selalu lebih banyak. Toh, saya tidak harus meyakinkan orang lain. Saya hanya perlu meyakinkan diri sendiri bahwa bila saya terus melakukannya, bisa jadi setahun lagi karya saya akan lebih baik,” saran Rene.

Einstein yang disebut-sebut jenius bahkan perlu waktu 25 tahun sampai teori relativitasnya bisa diterima. “Kalau kritik membuat Anda ‘mati’, ya sudah, tidak perlu melakukan apa-apa. Karena, dengan demikian tidak akan ada yang mengkritik Anda. Tapi, toh, Anda tidak akan pernah bisa membuktikan apa pun.

Keempat, tak perlu takut membuat kesalahan. Banyak permasalahan taktis yang harus dijawab dalam proses memenuhi panggilan hati. Namun risiko tidak melakukannya juga ada. “Hanya dengan passion, Anda akan mencapai potensi optimal diri Anda. Passion juga dapat membuka pintu menuju hidup yang lebih menyenangkan, tidak sekadar diwarnai kepentingan ekonomis,” jelas Rene.

Kelima, aturan 70:20:10. Inilah ‘resep’ yang kerap disampaikan oleh praktisi kreatif, Yoris Sebastian, bagi mereka yang ingin berwirausaha sesuai passion-nya, tapi belum berani meninggalkan pekerjaan tetapnya begitu saja. Konsep yang dipaparkan Yoris ini memang lebih realistis. Mulaikan dengan membagi ‘diri’ Anda dengan 70:20:10 itu.

Maksudnya, “Sebanyak 70 persen untuk pekerjaan tetap yang memberikan penghasilan bulanan (meskipun mungkin pekerjaan itu tidak terlalu membanggakan atau menyenangkan bagi Anda). Karena, Anda tidak mau kan dapur berhenti mengepul?. Yang 20 persen, kerjakan sesuatu hal yang membuat Anda bangga, tapi kegiatan itu sedikit menghasilkan uang. Sedangkan 10 persen, kerjakan sesuatu yang monumental -bisa menghasilkan uang ataupun tidak- namun membuat kita bahagia,” saran Yoris.

Penulis: Ficky Yusrini

[Dari femina 42 / 2010]

Sumber: http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=715&cid=2&views=206

Tidak ada komentar:

Posting Komentar